
Aceh Jaya – Dinas Perkebunan dan Pertanian atau Distanbun Aceh mengembangkan 141,5 hektare tanaman nilam di Aceh Jaya dan Aceh Selatan.
Pengembangan ini dilakukan menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Aceh atau APBA 2021.
Hal ini disampaikan Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah didampingi Kabid Perkebunan, Eddy Noer, Jumat (6/7/2021).
“Di Aceh Jaya kita kembangkan seluas 56,5 hektare dengan cara menyalurkan bibit nilam saja kepada petani 565.000 batang. Sementara di Aceh Selatan dikembangkan seluas 85 hektare dengan kegiatan penyaluran bibit, dilengkapi pemberian upah olah tanah dan sarana produksi, seperti pupuk dan lainnya,” kata Cut Huzaimah.
Eddy Noer menjelaskan pengembangan tanaman nilam seluas 85 hektare di Aceh Selatan dilakukan kepada petani nilam pemula yang belum berpengalaman.
“Makanya petaninya diberikan biaya olah tanah, bibit, dan pupuk, serta saprodi lainnya untuk memotivasi mereka”Kata Eddy Noer.
Sedangkan di Aceh Jaya, penyaluran bibit nilamnya diberikan kepada petani nilam yang sudah berpengalaman dan juga sudah pernah menerima bantuan serupa dalam pengembangan pertamanya.
“Mereka kita berikan bantuan untuk memperluas areal tanaman nilamnya,”ucap Eddy Noer.
Distanbun Aceh, kata Eddy Noer, hampir setiap tahun menyalurkan bibit nilam dan mengembangkannya di sejumlah daerah sentra produksi nilam di Aceh.
Tanaman nilam di Aceh
Eddy Noer menyebutkan sesuai data Statistik Perkebunan tahun 2019 lalu, daerah terluas tanaman nilam untuk sementara ini di Aceh Selatan seluas 326 hektare dengan jumlah petani 1.476 KK.
Kemudian di Aceh Tenggara seluas 210 hektare dengan jumlah petani sebanyak 393 KK.
Selanjutnya di Aceh Barat seluas 202 hektare dengan jumlah petani 306 KK dan Aceh Jaya seluas 156 hektare dengan jumlah petani 383 KK.
Selain empat daerah itu, lanjut Eddy Noer, masih ada di beberapa daerah lainnya di Aceh yang mengembangkan tanaman nilam melalui program Distanbun Aceh maupun swadaya.
Daerah itu, yakni Aceh Besar 118 hektare dengan jumlah petani sebanyak 196 KK.
Kemudian, Gayo Lues 75 hektare dengan jumlah petani sebanyak 150 KK, Nagan Raya 58 hektare dengan jumlah petani 74 KK, Aceh Singkil 24 hektare dengan jumlah petani 12 KK.
Selanjutnya, Abdya seluas 15 hektare dengan jumlah petani 36 KK, Bireuen seluas 14 hektare dengan jumlah petani 30 KK, Aceh Utara seluas 6 hektare dengan jumlah petani sebanyak 20 KK dan beberapa daerah lainnya.
Rata-rata produktivitas minyak nilam Aceh per tahunnya sekitar 225 ton.
Harga nilam Rp 600 ribu per kilogram serta produktivitasnya.
Sementara itu, Kasi Perkebunan Distanbun Aceh, Faisal Hatta SP, MSi, menambahkan pasar minyak nilam Aceh selama ini semuanya melalui Medan, Sumut.
Harga saat ini berkisar Rp 600.000 – Rp 650.000 per kilogram. Beberapa tahun lalu, pada saat harga minyak nilam Aceh menembus di atas Rp 1 juta per kilogram banyak masyarakat menanamnya.
Luas areal tanaman nilam pada saat itu, sebut Faisal, meningkat tiga sampai lima kali lipat dari kondisi normalnya.
Tapi setelah harga minyak nilam menurun dan sempat di bawah Rp 600.000/Kg, semangat petani menanam nilam ikut menurun.
Program bantuan bibit nilam dan pengembangan tanaman nilam yang dilakukan Dinastanbun Aceh ini, kata Faisal, pertama untuk memotivasi petani nilam agar tetap bertahan.
Pasalnya harga jual minyak nilam saat ini, tidak terlalu jatuh. Kedua, untuk menambah jumlah petani nilam, maka dibuat program pengembangan tanaman nilam untuk petani pemula.
Seorang petani pemula, jika diberikan bantuan bibit, olah tanah, pupuk serta obat-obatan lainnya, mereka mau bercocok tanam nilam.
Setelah semangat untuk tanam nilam sudah tumbuh, dia tidak mau lagi meninggalkan tanaman nilam, yang telah memberikan kehidupan baru baginya dan keluarga.
Produktivitas tanaman nilam di Aceh per hektarenya, sebut Faisal, sangat lumayan. Satu hektare bisa mencapai 260 kilogram.
Sekali menanam nilam bisa dimanfaatkan secara terus menerus daunnya, seperti menanam daun teh.
Tanaman nilam yang dipanen, daunnya mudanya, seperti daun teh. Jual daun nilam saja, petaninya sudah bisa hidup.
Masa tanam nilam sekitar 6 bulan, setelah itu daunnya bisa dipanen. Kalau produktivitas daunnya, sudah menurun, baru dilakukan peremajaan tanaman nilam baru.
“Program bantuan bibit nilam kepada petani yang sering kita lakukan hampir setiap tahun untuk membantu petani dalam kegiatan peremajaan tanaman nilamnya agar produktivitas panennya tetap tinggi,” sebut Faisal.
Penyaluran bibit nilam, kata Faisal, diberikan kepada petani nilam yang sudah memiliki areal tanaman nilam agar tanamannya itu bertambah luas.
Dengan demikian bisa meningkatkan pendapatan keluarganya dan ini bagian dari program Pemerintah Aceh menurunkan kemiskinan dari 15 persen menjadi 14 persen.
Sementara pengembangan tanaman nilam diberikan kepada petani pemula agar mereka mau menanam nilam.
Ini juga program Pemerintah Aceh untuk menurunkan angka pengangguran di desa dari 6 persen menjadi 5 persen.
Dilaksanakan Juli hingga Oktober 2021
Dua program ini, kata Faisal dilaksanakan pada bulan Juli – Oktober 2021. Proses pengambilan stek bibit nilamnya akan diambil dari kebun nilam petani nilam.
“Saat ini kita sedang menunggu datang Tim dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat-Obatan dari Bogor, Jawa Barat untuk pengambilan dan sertifikasi serta penetapan SK sumber stek bibit nilamnya.
Setelah ada SK penetapan sumber bibitnya, baru pelaksanaan penyaluran stek tanaman nilam dan penanamannya kepada petani dijalankan pada tahun ini juga.
Biaya untuk penyaluran bibit nilam sebanyak 565.000 batang untuk 30-an KK petani nilam di Aceh Jaya bersumber dari APBA 2021 senilai Rp 500 juta. Satu hektare lahan butuh 10.000 batang stek tanaman nilam.
Sedangkan program pengembangan tanaman nilam seluas 85 hektare di Aceh Selatan, sumber anggaran juga APBA 2021 senilai Rp 1,5 miliar.
“Anggaran itu akan digunakan untuk pengadaan dan penyaluran stek bibit tanaman nilam 850 ribu batang, bantuan olah tanah, pupuk dan sarana produksi kepada 40-an KK sasaran penerima bantuannya,”sebut Faisal.