Jenewa  – Pujatvaceh.com –   Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan aspartam sebagai ‘kemungkinan karsinogenik bagi manusia’. Namun lembaga kesehatan itu memutuskan bahwa jumlah kecil masih aman untuk dikonsumsi.

Seperti yang dilansir tribunnews.com Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (15/7/2023), pemanis kimiawi yang paling sering ditemukan dalam soda diet, aspartam telah dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Jumat kemarin, Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) menemukan ‘bukti terbatas’ yang menghubungkan aspartam dengan karsinoma hepatoseluler, suatu bentuk kanker hati.

IARC yang merupakan badan WHO, sampai pada kesimpulannya setelah memeriksa tiga penelitian manusia skala besar di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Berdasarkan temuan ini, WHO mendaftarkan aspartam sebagai zat Grup 2B, tertinggi ketiga dari empat tingkat bahan yang berpotensi karsinogenik.

Namun, organisasi tersebut tidak mengubah pedoman yang ada untuk asupan harian, dengan merekomendasikan agar orang membatasi konsumsinga kurang dari 40 miligram (mg) aspartam per kilogram (kg) berat badan per hari.

Dengan sekaleng soda diet biasanya mengandung 200 hingga 300 mg aspartam, orang dewasa dengan berat 70 kg perlu mengkonsumsi antara sembilan dan 14 kaleng per hari untuk bisa melebihi batas ini.

“Penilaian aspartam telah menunjukkan bahwa, meskipun keamanan bukanlah perhatian utama pada dosis yang umum digunakan, efek potensial telah dijelaskan dan perlu diselidiki oleh penelitian yang lebih banyak serta lebih baik,” kata Dr. Francesco Branca, Direktur WHO.

Aspartam ditemukan dalam berbagai macam produk seperti soda diet, permen karet, permen, yogurt rendah kalori dan sereal sarapan. Itu juga dijual sebagai pemanis dengan merek NutraSweet, Candarel dan Equal.

Aspartam disetujui untuk digunakan sebagai pemanis di AS pada 1974, dan Coca-Cola mulai menambahkannya ke dalam Diet Coke pada 1980-an. Persetujuan Uni Eropa (UE) menyusul pada 1994, namun beberapa penelitian sejak saat itu mengaitkan zat tersebut dengan sejumlah masalah kesehatan, termasuk kanker hati dan paru-paru, kerusakan otak, demensia serta kejang.

Kendati demikian, regulator di kedua sisi Atlantik secara konsisten gagal menemukan cukup bukti untuk menyesuaikan pedoman konsumsi mereka. WHO dan IARC akan terus memantau bukti baru dan mendorong kelompok penelitian independen untuk mengembangkan studi lebih lanjut tentang hubungan potensial antara paparan aspartam dan efek kesehatan konsumen.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini