Pujatvaceh.com – Dinilai terlalu mahal, menu burger ayam ini mengundang banyak kritik dari pembeli. Bahkan harganya ini berbeda jauh jika makan langsung di tempat.

Semenjak ada aplikasi makanan online, orang-orang lebih suka pesan makanan dari rumah tanpa perlu repot-repot keluar rumah. Meski aplikasi makanan online sering membagikan promo makanan yang menguntungkan, kadang beban aplikasi ini justru membuat harga makanan lebih mahal.

Hal ini yang dikeluhkan pembeli restoran Drasko’s Hot Chicken di Mount Hawthorn, Perth, Australia. Dilansir dari DailyMailUK (12/06), restoran ini membuat banyak pembeli terkejut dengan kenaikan harga burger ayam di sana.

Normalnya pembeli hanya perlu membayarkan sekitar AUD 24 (Rp 241.000) untuk seporsi burger ayam, jika makan di tempat. Tapi jika membelinya lewat aplikasi makanan online, harga burger ini naik dua kali lipat hingga AUD 46 (Rp 462.000).

Harga Burger Ayam Nyaris Rp 500 Ribu, Restoran Ini Banjir KritikHarga Burger Ayam Nyaris Rp 500 Ribu, Restoran Ini Banjir Kritik Foto: DailyMailUK

Karena harga yang dinilai terlalu mahal ini, banyak pembeli yang komplain lewat forum online Reddit. Menurut mereka membayar uang ratusan ribu rupiah untuk burger ayam yang sudah dingin tidak sepadan.

Menanggapi hal ini, pemilik restoran Drasko Jankovic mengungkapkan bahwa pihaknya pun tak ingin menaikkan harga burger.

“Harga bahan baku makanan terus naik, membuat harga menu kita ikut naik. Sayangnya ini adalah hal yang harus kita lakukan agar tidak merugi,” ungkap Drasko.

“Aplikasi makanan seperti Uber Eats mengambil 30% bagian dari setiap menu yang kita jual. Kita juga perlu membayar kemasan, kotak makan, tisue hingga sticker dan lainnya untuk keamanan makanan. Karenanya harganya meningkat,” sambungnya.

Harga Burger Ayam Nyaris Rp 500 Ribu, Restoran Ini Banjir KritikHarga Burger Ayam Nyaris Rp 500 Ribu, Restoran Ini Banjir Kritik Foto: DailyMailUK

“Jika kita membicarakan cara untuk menghemat biaya hidup, pasti orang-orang akan berhenti makan di restoran atau beli makanan di luar,” pungkas Drasko.

Drasko cukup khawatir bahwa restorannya akan sepi pengunjung karena harga makanan yang terus naik. Apalagi menurut data yang ada dari Suicide Prevention, banyak orang Australia yang tertekan karena biaya hidup terus membesar.

Tapi dia tak memiliki pilihan lain selain mengimbangi kenaikan harga dengan bahan makanan yang ia gunakan. Ia hanya bertujuan membuat restorannya tetap beroperasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini