LANGSA – PUJATVACEH.COM – Pesisir timur Aceh dan sebagian kawasan di Kota Langsa, menjadi tempat lintasan migrasi burung dari berbagai belahan dunia.  Salah satunya di Desa Cinta Raja, Kecamatan Langsa Timur, Kota Langsa, Aceh.  Kawasan tersebut merupakan kawasan lintasan sekaligus tujuan dari migrasi burung burung yang berasal dari berbagai negara di dunia.

Burung-burung ini bermigrasi mulai bulan Oktober hingga Maret. Sebagian besar berasal dari wilayah utara bumi.  Musim dingin terjadi dibelahan bumi utara sehingga menyebabkan pasokan makanan mulai menipis.  Akibatnya burung-burung tersebut melakukan migrasi kewilayah lain yang jauh lebih hangat dan menyimpan makanan. Proses ini terus berlangsung setiap tahunnya.

Sedikitnya ada 32 jenis burung yang sering singgah dikawasan tersebut, diantaranya,Bangau Tuntong, Bangau Bluwok dan Berkik.  Sebagian burung tersebut bahkan ada yang terancam punah. Sementara burung migran yang terpantau adalah Gagang Bayam Timur, Gajahan Besar, Terik Asia, Ceret Mongolia dan lainnya.

Pengembangan ekowisata ini diinisasi oleh LSM Balee Jurong dan Kelompok Studi Lingkungan Hidup Provinsi Aceh (KSLH). Melihat potensi ini,  LSM Balee Jurong dan KSLH Aceh mulai bekerjasama dengan pihak desa.  Diantaranya mendorong pihak desa untuk membuat qanun atau undang undang desa terkait perlindungan burung dan habitatnya.

LSM Balee Jurong Dan KSLH Aceh saat memberikan pelatihan.

LSM Balee Jurong Dan KSLH Aceh juga memberikan pelatihan terkait ekowisata berbasis burung migrasi. Tujuannya agar warga desa dapat menguasai dan mempunyai pengetahuai terkat keberadaan burung migrasi tersebut.

Selama ini warga setempat memanfaatkan keberadaan burung migrasi tersebut hanya untuk dikonsumsi dan dan dijual. Namun setelah mendapatkan pelatihan terkait ekowisata berbasis burung migrasi, ia dan warganya mulai mengembangkan potensi burung migrasi untuk dijadikan tempat wisata yang nantinya dapat meningkatkan  ekonomi warganya, ujar Syarifuddin selaku Kepala Desa Cinta Raja.

Sejak menjadi lokasi ekowisata, kawasan mangrove Desa Cinta Raja mulai banyak didatangi pengunjung, baik dari peneliti maupun warga lokal yang datang sekedar untuk berfoto ria. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah dan masyarakat , bahwa tempat ini menjadi lokasi yang disukai sejumlah burung baik lokal maupun yang berasal dari mancanegara,untuk menjadi tempat mencari makan dan tidak dijumpai ditempat lain. Sudah semestinya dijaga dan dilestarikan.

“Tujuan pengembangan ekowisata yang ada didesa cinta raja adalah agar warga desa dapat memanfaatkan potensi yang ada untuk meningkatkan taraf ekonominya,” ujar  Heri Tarmizi, koordinator KSLH Aceh.

“Selain itu dengan dijadikan kawasan tersebut sebagai tempat ekowisata, diharapkan masyarakat setempat dapat menjaga habitat dan juga menjaga kelestarian lingkungan dikawasan tersebut, harapnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini