Aceh Besar – Pujatvaceh.com – Tangis Rosmiati dan Mardalena Wati pecah saat memasuki komplek kuburan massal Siron, Aceh Besar, pada Senin pagi. Rosmiati bersama sang kakak dan anaknya serta ratusan masyarakat lainnya berkumpul di komplek pemakaman itu, kedatangan mereka hanya untuk mengenang dan berdoa untuk para arwah korban amukan dahsyat air bah pada 26 Desember 2004 silam.

Kuburan massal Siron menjadi tempat peringatan dan mengenang tragedi Tsunami Aceh tahun ini yang digelar oleh Pemerintah Aceh. Sejak pukul 07.00 pagi masyarakat dari berbagai penjuru dan profesi datang ke komplek itu, lahan seluas dua hektar itu menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi para syuhada, ada sekitar 40.000 jiwa dimakamkan disana secara massal karena sulitnya untuk mengidentifikasi mayat saat itu.

Semerbak wangi bunga dan aroma jeruk purut tercium di pusara yang tak bernisan itu, penziarah yang datang bersama keluarga melakukan tabur bunga dan berdoa di setiap sudut komplek.

Rosmiati, usai melakukan tabur bunga dan menyiram air di atas pusara sedikit menundukan kepala dan berdoa, begitupun dengan kakaknya yang beragama Islam. Meski berbeda keyakinan, mereka selalu datang bersama dan berdoa untuk keluarga.  Mereka yakin bahwa, keluarganya yang menjadi korban di pagi Minggu 18 tahun silam dimakamkan disini. 18 tahun sudah berlalu, Rosmiati hanya berharap agar bencana tsunami yang telah membawa serta keluarga dan anaknya tidak terulang lagi.

“Harus kuat dan tabah, untuk ziarah hanya di makam ini saja setiap tahun kami datang kemari, kami tidak bisa lupa kepada keluarga kami. jangan lagi terjadi tsunami“ kata Rosmiati, Keluarga Korban Tsunami.

Meski sudah ikhlas dan menerima takdir yang sudah menjadi kehendak Sang Maha Pencipta, terkadang rasa rindu dan ingin bertemu masih dirasakan Haslinda, air bah yang datang setelah gempa berkekuatan 9,1 Magnitudo itu telah membawa serta orang tuanya dan memporak-porandakan Bumoe Serambi Mekah.

Tidak hanya kuburan massal Siron, setiap tahun bertepatan dengan tanggal 26 Desember, Haslinda dan keluarga juga mengunjungi lokasi kuburan massal lainnya yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar. Namun terkadang, saat rasa rindu menyapa, Haslinda juga mengunjungi kuburan massal di hari-hari biasanya, meski dirinya tidak tahu persis dimana orang tuannya di kebumikan.

“Di sini kami biasanya ke kubur 12 itu nanti ke ulhe Lhee setiap tahun malahan saya tidak hanya di setiap tahun kadang-kadang udah rindu itu Jumat kemari, maka kita anggap di sinilah mereka berdua ini makanya setiap tahun kita pergi di sini dan sudah 18 tahun, Alhamdulillah kita ikhlas semua kehendak Allah memang sudah segitu dan memang sudah ajalnya di situ kita ikhlas kalau Allah sudah berkehendak kita tidak bisa berbuat apa-apa kita hanya bisa berdoa supaya bisa diselamatkan imannya dan ditempatkan di tempat terbagus di sisi Allah“ tutur Haslinda, Keluarga Korban Tsunami.

Berbeda dengan Nurul, salah seorang peziarah yang ditemui jurnalis Puja TV saat peringatan Tsunami Aceh 2022 di kuburan massal Siron, keluarga dan sanak famili Nurul tidak menjadi korban tetapi saban tahun Nurul tetap berziarah ke pemakaman massal. Nurul hanya ingin mengirimkan sebait doa untuk para sahabat-sahabatnya yang menjadi korban kala itu.

“Untuk keluarga yang korban tidak ada tetapi ada beberapa teman-teman yang dulu menjadi korban tsunami ya kita berdoa, dan juga teringat dan mengenanglah bersama dengan mereka, setiap tahun kita sempatkan untuk datang ke sini untuk berdoa biasanya kita di kuburan massal di oleh ulhe Lhee tapi kadang-kadang juga ke sini“ ungkap Nurul, Warga.

18 tahun sudah Tsunami Aceh, meski luka itu masih sangat membekas bagi para keluarga korban yang ditinggalkan, namun Aceh kini sudah mulai bangkit dan berbenah. Masyarakat dan Pemerintah Aceh juga saling bahu membahu untuk bangkit lebih kuat bangun budaya sadar bencana untuk Aceh lebih baik kedepan.

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments