Banda Aceh – Pujatvaceh.com – Bencana gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada Minggu 26 Desember 2004 silam masih meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban. Minggu pagi itu, Aceh di guncang gempa sebesar 9,1 skala richter, selain meluluhlantakkan bangunan yang ada, korban jiwa yang tersapu air bah itu juga mencapai ribuan jiwa.

Kini, 19 tahun sudah musibah dahsyat itu berlalu, namun duka yang dirasakan keluarga korban masih sangat membekas.

Kuburan massal korban tsunami di kawasan Siron Aceh Besar menjadi tempat peristirahatan terakhir para syuhada itu, ada sekitar 46 ribu lebih korban tsunami dimakamkan di pemakaman massal itu.

Setiap tahunnya, di tanggal 26 Desember warga berbondong bondong ke pemakaman, hanya do’a yang bisa dipanjatkan di atas pusara tak bernisan itu.

Hasballah, warga Banda Aceh yang tinggal di Lampulo ini menceritakan saat awal kejadian tsunami, usai gempa mengguncang dirinya dan keluarga sempat lari setelah mendengar air laut naik, namun naas mereka terpisah di jalan.

“Waktu tsunami itu saya sudah pindah ke Lampulo, jadi anak saya lari dia dengan kereta jadi pas sampai Rajawali belok itu dekat kantor polisi Polsek Kuta Alam itu disitu dia kena air bah. Kalau disini adek kandung saya dua, anak adek kandung saya dua dan anak kandung saya satu itu yang di Merduati“ kata Hasballah, Warga.

Lain hal dengan Akang, yang kini sudah menetap di Aceh Tengah, setiap tahunnya Akang berziarah ke pemakaman massal korban tsunami Siron, dirinya yakin bahwa istri yang baru dinikahi 5 bulan saat itu, serta anak dalam kandungan istrinya dimakamkan di pemakaman tersebut. 19 tahun sudah, kini rasa trauma Akang perlahan mulai hilang dan memulai hidup baru.

“Saya kesini alhamdulillah setiap tahun ziarah kubur kepada khususnya keluarga saya yaitu istri dan anak dalam kandungan, mertua dan lainnya. Jangankan liat, cari jasadnya saja tidak sempat karena padatnya bangunan yang hancur“ kata Akang, Warga.

Tahun 2023 ini, 19 tahun sudah peristiwa gempa dan tsunami berlalu, mengenang peristiwa maha dahsyat itu, Pemerintah Aceh menggelar zikir dan do’a bersama yang dipusatkan di halaman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, masjid yang menjadi saksi bisu peristiwa itu terjadi.

Salah seorang jamaah zikir Nadia Asifa mengatakan pentingnya pengetahuan mitigasi bencana bagi masyarakat, agar saat bencana terjadi warga sudah faham dan mengerti untuk melakukan penyelamatan diri.

“Ini penting, karena kan dulu sudah kejadian 19 tahun yang lalu tsunami, jadi pentingnya bagi masyarakat di Aceh terutama untuk diberikan edukasi tentang mitigasi bencana ini, jadi ketika ada bencana yang tidak kita inginkan itu terjadi sehingga masyarakat di Aceh ini lebih tanggap“ kata Nadia Asifa, Jamaah Zikir.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini