Jakarta – Pujatvaceh.com – Krisis yang terjadi sudah sepekan lebih warga RW 11 Utan Jati, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, kekurangan pasokan air bersih di berbagai rumahnya. Saat ini mereka harus merogoh kocek hingga 10 kali lipat dari biasanya mereka membayar air bulanan.
“(Biasanya) bisa Rp 40-50 ribu per bulan. Tapi, karena dari kemarin mati, jadi saya beli terus. Sehari bisa ngambil 6 jeriken,” kata Bayu (30) salah satu warga setempat saat ditemui di lokasi, Sabtu, 16/9/2023.

Bayu mengaku tak mau ikut mengantre di truk tangki PAM Jaya bersama warga yang lain karena ia lebih memilih memberi air bagiannya itu kepada warga lain.

Ia mengatakan harga satu jeriken tersebut lumayan mahal karena pemasoknya mengambil dari wilayah Tangerang. Ia pun bisa menghabiskan setengah juta rupiah untuk memenuhi kebutuhan air beralih selama sepekan

“Iya mahal ya, kata orangnya dia ngambil dari Tangerang, jauh. Dari kemarin itu saya bisa ngabisin Rp 500 ribuan buat air doang,” ujarnya.

“Ya mau bagaimana, kan butuh buat mandi sekeluarga, kan kerja semua, anak sekolah. Masa nggak mandi? Belum lagi buat kebutuhan nyuci dan segala macem,” jelasnya.

Bayu mengatakan terkadang juga meminta air dari RT lain yang mempunyai sumur resapan. Dari kejadian krisis air ini, ia merasa sangat rugi.

“Kadang, kalau buat nyuci piring, suka minta di RT sebelah yang punya resapan air. Jadi mereka punya sanyo gitu, ngambil dari air tanah. Kalau nyuci baju juga sementara ini laundry. Sudah rugi banyak ya sebenarnya,” lanjutnya.

Bayu berharap krisis air yang dirasakan ini tidak sampai berkepanjangan. “Buruan cepat diperbaikilah biar kita nggak perlu keluar uang banyak buat air doang. Belum lagi kita masih kudu bayar PAM-nya. Sekelas PAM loh masa bisa mati seminggu,” ujarnya.

Diketahui krisis air bersih ini pun sudah terjadi sejak satu bulan yang lalu. Ketua RW 011, Utan Jati, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, Muhammad Arif Rahman menyebutkan air di wilayah itu mulai mati total hampir dua minggu yang lalu.

“Jadi kadang dia (air) mati pagi, hidup lagi malam. Kayak gitu kurang lebih satu bulanlah. Tapi mati yang benar-benar mati itu dari tanggal 2 September,” kata Arif.

Ia juga mengatakan terdapat 11 RT yang mengalami krisis air bersih itu. Namun ada 4 RT yang paling mengalami krisis air dari kejadian tersebut karena mereka hanya mengandalkan air dari PAM Jaya.

“Awal mati total itu semua ada 11 RT. Cuma di RT 01, 02, dan 03, 04, dan 011 itu punya resapan air, jadi mereka pakai sanyo (pompa air) resapan tanah. Jadi mereka tidak terlalu parah karena punya cadangan air tanah,” ucapnya.

“RT 005, RT 006, RT 007, dan RT 010 menjadi wilayah yang paling terdampak, mereka cuma ngandelin PAM doang. Kalaupun tersedia air tanah, kualitasnya jelek, kuning, asin gitu,” lanjut Arif.

Sumber: news.detik.com

Foto : Brigitta Belia PS/detikcom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini